Beranda | Artikel
Pergaulan Bebas dan Kehancuran Bangsa
Kamis, 20 Oktober 2022

Topik pergaulan bebas sangat relevan dengan masa kekinian. Pergaulan muda-mudi masa kini sudah berkonotasi pelanggaran syariat dengan nyata. Sudah mencapai titik kekhawatiran yang sangat memprihatinkan. Tak hanya di kota metropolitan, remaja pedesaan pun sudah terjangkiti oleh pergaulan bebas, meski tidak separah anak-anak perkotaan.

Melihat berbagai fakta yang terjadi saat ini, tidak sedikit muda-mudi yang terjerumus ke dalam lembah perzinaan (free sex), hidup dalam paham permisivisme, (serba boleh) disebabkan terlalu jauhnya kebebasan mereka dalam bergaul. Seolah-olah hidup untuk dunia semata dan dunia diciptakan bagi dirinya saja.

DEKADENSI MORAL PANGKAL KEHANCURAN BANGSA

Risalah Islam bertujuan membangun moral umat manusia menuju derajat kesempurnaan. Sehingga benar-benar hidup bermartabat tinggi, tidak dirasuki oleh sifat-sifat kebinatangan. Dalam Islam, hubungan dengan lawan jenis mesti dilandasi oleh ikatan suci perkawinan, bukan hubungan hewani yang bertumpu pada pelampiasan nafsu syahwat belaka.

Dalam al-Qur‘an, Allah سبحانه وتعالى telah mengabarkan kalau kebejatan akhlak merupakan salah satu faktor kehancuran suatu kaum. Lihat saja, kaum Nabi Luth عليه السلام  yang lebih menyukai homoseksual ketimbang perkawinan yang suci. Kesudahan mereka adalah kehancuran dan kebinasaan. Allah سبحانه وتعالى berfirman:

وَاَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَّطَرًاۗ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِيْنَ ࣖ

Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perlihatkanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu. (Qs al-A’râf/7:84)

Allah سبحانه وتعالى menurunkan batu-batu panas dari neraka Sijjîl, dan membalikkan wilayah mereka. Maka diperlihatkanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu, yang berakhir dengan kebinasaan dan kehinaan yang abadi.1

Ketika kaum remaja termakan hawa nafsu, sehingga mengumbar syahwat di manapun berada, secara logis saja generasi semacam ini tidak dapat diharapkan lagi menjadi generasi penerus bagi masa depan umat. Apalagi mereka yang telah terjangkiti penyakit-penyakit berbahaya semisal HIV (Aids), atau gandrung menenggak minuman keras dan narkoba; mereka tidak mampu untuk bertanggung-jawab terhadap diri sendiri. Sehingga bagaimana mungkin diharapkan menjadi pemikul tongkat estafet membangun negeri dan memajukan dakwah? Kehancuran bangsa dengan generasi muda yang berkualitas rendah ini hanya tinggal menunggu waktu.

Seorang penyair berkata:

إِنَّمَا الأُمَمُ الأَخْلَاقُ مَا بَقِيَتْ

وَإِنْ هُمُوْ ذَهَبَتْ أَخْلَاقُهُمْ ذَهَبُوْا

Sungguh, umat itu (akan jaya)

 selama bermoral baik

Apabila moralitas mereka sirna,

lenyaplah mereka

PENYEBAB MEREBAKNYA PERGAULAN BEBAS

Penyimpangan yang terjadi pada kaum remaja dan problematika mereka, termasuk merebaknya pergaulan bebas di sana-sini terpicu oleh banyak faktor. Dalam masa pertumbuhan ini, seorang remaja mengalami perubahan-perubahan besar yang sangat cepat dari sisi fisik, pemikiran dan akal. Karenanya, ia membutuhkan pengendalian jiwa dan gairah mudanya agar tetap berjalan di atas rel syariat. Kalau tidak, bahaya siap mengancamnya. Faktor-faktor itu di antaranya :

Lemahnya benteng keimanan yang bersumber pada dangkalnya ilmu agama dan kebutaan terhadap hakekat Islam dan keindahannya.

Ini berakibat munculnya sosok-sosok Muslim dan Muslimah yang berpandangan bahwa Islam adalah agama yang mengekang kebebasan dan kuno, jauh dari kata modern. Di sisi lain, muncul golongan remaja yang mengagung-agungkan hawa nafsu dan kurang memahami batas-batas pergaulan antara pria dan wanita. Seluruh aktifitasnya seputar pemenuhan kebutuhan syahwatnya; makan minum dan kebutuhan biologis. Coba perhatikan firman Allah Ta’ala ini tentang gambaran manusia yang terpasung oleh hawa nafsunya:

اَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُۗ اَفَاَنْتَ تَكُوْنُ عَلَيْهِ وَكِيْلًا ۙ ۝ اَمْ تَحْسَبُ اَنَّ اَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُوْنَ اَوْ يَعْقِلُوْنَۗ اِنْ هُمْ اِلَّا كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ سَبِيْلًا ࣖ

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Ilahnya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu). (Qs al-Furqân/25:44)

Kalbu-kalbu kosong ini yang telah terjerat oleh hawa nafsu; ketika harus berhadapan dengan syahwat yang memikat, tak kuasa untuk bertahan. Terlebih lagi bagi mereka yang waktu luangnya banyak (di liburan sekolah atau pengangguran misalnya)2 .

Penyair mengatakan:

أَتَانِيْ هَوَاهَا قَبْلَ أَنْ أَعْرِفَ الْهَوَى

فَصَادَفَ قَلْبًا خَالِيًا فَتَمَكَّنَا

Jerat nafsu menghampiriku sebelum kumengenalinya

Menempati hati kosong, hingga kini berhasil menetap3

Faktor penyebab terjadinya maksiat, seperti dituturkan oleh Syaikhul Islam رحمه الله ada dua, kelalaian dan jerat syahwat. Itulah sumber kejelekan. Hal ini merujuk firman Allah سبحانه وتعالى :

…. وَلَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ وَكَانَ اَمْرُهٗ فُرُطًا

dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (Qs al-Kahfi/18:28).

Hawa nafsu tidak bisa sendirian memunculkan kejelekan-kejelekan, kecuali bila disertai kebodohan. Kalau tidak demikian adanya, jika seseorang terjerat hawa nafsu, lalu ia mengetahui bahwa perbuatan maksiatnya akan benar-benar membahayakan, niscaya ia akan menghindarinya; dan itu secara otomatis.

Lemahnya Kontrol Orang tua

Faktor ini juga masih berkait dengan yang pertama. Ketika orang tua tidak memperhatikan agama anak-anaknya, maka akibatnya anak-anak pun menikmati kebebasannya. Apalagi dalam keluarga bro[1]ken home, di mana kedua orang tua sudah tak acuh terhadap seisi rumah, maka. kondisi ini nantinya akan mengakibatkan anak-anak lebih betah berada di luar rumah.

Manakala pengawasan tumpul dan keakraban ayah-ibu dengan anak-anak pudar, maka keutuhan rumah tangga (keluarga tersebut) terancam. Ini juga akibat ayah-ibu sibuk dengan pekerjaan dan urusan pribadinya; anak-anak asyik menonton tayangan-tayangan haramkan agama Islam, membaca buku-buku bacaan porno atau novel-novel picisan, bergaul dengan siapa saja lelaki perempuan tanpa pilihan.

Inilah sebagian akibat buruk kelalaian orang tua, terutama sang kepala keluarga. Qatâdah bin Di’âmah رحمه الله mengatakan: Apabila anak sudah mencapai usia baligh, kemudian sang ayah tidak menikahkannya sehingga ia terjerumus dalam perbuatan zina, maka ayahnya juga berdosa (Riwayat Ibnu Abid Dun[1]ya kitab al-Iyâl 1/172, kutipan dari Hirâsah al-Fadhîlah, Syaikh Bakr Abu Zaid hlm. 108). Di sisi lain, justru ada orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya taat beragama. Tidak menyukai simbol-simbol agama. Sehingga bersikap keras terhadap mereka. Buruknya, (sebagian) masyarakat lebih anti kepada wanita yang mengenakan jilbab besar (apalagi bercadar) ketimbang wanita-wanita yang berbusana tapi telanjang. Kadang mereka menuduh sebagai bagian dari aliran sesat atau teroris. Seolah-olah tidak berbusana Muslimah itu bukan dosa dan pelanggaran besar. Ini diperparah lagi dengan tidak konsistennya putri-putri (sebagian) elemen masyarakat terkemuka (baca: kiai/alim-ulama) dengan aturan Islam dalam berbusana.

IKHTILATH (CAMPUR-BAUR LELAKI DAN PEREMPUAN)

Siapa saja yang mencermati sejarah manusia sepanjang zaman, akan menyimpulkan faktor kehancuran peradaban, tercerai-berainya masyarakat, dekadensi moral, tersebarnyaperbuatan zina dan pudarnya kepribadian serta merajalelanya kejahatan adalah kaum wanita yang tabarruj, campur-baurnya mereka dengan kaum lelaki, bersolek ekstra saat berada di tempat umum.4

Imam Ibnul Qayyim رحمه الله mengatakan: Tidak diragukan lagi, dibukanya kran buat kaum wanita berikhtilath dengan lawan jenis merupakan pangkal setiap prahara dan keburukan. Itu termasuk faktor yang paling berpengaruh mendatangkan hukuman dari Allah سبحانه وتعالى yang merata. Sebagaimana itu juga menjadi penyebab kerusakan bagi individu dan komunitas sosial. Percambur-bauran lelaki perempuan memunculkan banyaknya perbuatan keji dan perzinaan, juga menjadi pemicu terjadinya kematian bersama dan penyakit-penyakit biologis.

Sewaktu penjaja seks berinteraksi dengan pasukan Nabi Musa, maka tersebarlah perbuatan-perbuatan keji. Allah سبحانه وتعالى mengirim wabah penyakit kepada mereka. Akibatnya, dalam sehari 70 ribu orang tewas seketika.5

WESTERNISASI (MENIRU-NIRU CARA HIDUP ORANG BARAT)

Arus modernisasi yang telah mengglobal dan lemahnya benteng keimanan kita, mengakibatkan masuknya budaya asing tanpa seleksi yang ketat. Maka masuklah mode pakaian, gaya hubungan personal dengan lawan jenis yang bebas (pacaran misalnya), kehidupan glamour tanpa orientasi akhirat, dan narkoba ke jantung wilayah kaum Muslimin.

Pergaulan bebas sangatlah dominan bahkan homo dan lesbian sudah menjadi bagian kultur mereka. Ini tidak asing lagi di mata mereka, tapi ini sangat meresahkan masyarakat Barat sendiri, sebab kasus aborsi di sana juga makin hari makin meningkat. Ini adalah gambaran dari pengaruh dan bahaya pergaulan bebas.

Kita telah mengetahui bahwa bangsa Barat identik dengan sekulerisme, seluruh kebudayaan yang mereka hasilkan jauh dari norma-norma agama. Hal ini tentunya bertentangan dengan ajaran Islam yang luhur.

Itulah di antara rahasia larangan bersafar ke luar negeri (negeri kafir). Melihat bahayanya, sampai Syaikh ‘Abdul ‘Azîz bin Bâz menyampaikan perlunya ada ketetapan melarang bepergian ke luar negeri kecuali dalam keadaan darurat. 6

Kami meyakini faktor-faktor lain yang menyumbang suburnya pergaulan bebas masih banyak. Hanya saja, kami melihat poin-poin di atas sudah dapat mewakili apa sebenarnya yang menjadi biang keladi timbulnya pergaulan bebas.

PENUTUP

Keterlibatan semua komponen masyarakat, dari penguasa, rakyat, orang tua, dai, pendidik dan instansi-instansi pendidikan serta pihak-pihak lain tidak bisa tidak, harus digalang untuk membendung kerusakan generasi muda. Semua komponen itu harus menjalankan kewajiban sosialnya. Perbaikan media-media penerangan juga harus didukung oleh semua pihak agar menyajikan produk-produk dan program-program yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat. Tidak malah menjadi corong Barat dan kaum hedonisme untuk menyuarakan paham, budaya dan kepentingan-kepentingan mereka.

Semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dan membuka kesadaran orang tua akan pentingnya memperhatikan rohani dan hati anak-anak mereka dan memelihara mereka terutama anak-anak perempuan dari segala fitnah yang siap menerjang. Semoga Allah سبحانه وتعالى memudahkan terjadinya perbaikan di tengah masyarakat Muslim. Wallahu a’lam.

Footnote:

1 Taisîrul Karîmir Rahmân hal. 296

2 Syaikh al-‘Utsaimîn رحمه الله menyebut waktu luang adalah sebagai virus berbahaya bagi pikiran, akal dan fisik seseorang. Sebab orang harus bergerak dan beraktifitas. Apabila kosong dari segala aktifitas, pikiran akan tumpul, akal akan dingin dan gerakan pun lemah. Akibatnya, was-was dan pikiran-pikiran buruk akan mendominasi hati. Dan tidak menutup kemungkinan muncul niat-niat buruk untuk menghabiskan waktu kosong ini (Min Musykilâtis Syabâb hal. 16)

3 Fatâwa wa Maqâlat Mutanawwi’ah, Syaikh ‘Abdul ‘Azîz bin Bâz, (5/254)

4 Lihat Takrîmil Islâm lil Mar‘ah, Syaikh DR.’ Abdur Razzâq al-‘Abbâd dalam kitab himpunan tulisan beliau hal. 519

5 Ath-Thuruq al-Hukmiyyah hal. 281. Kutipan dari Takrîmil Islâm lil Mar‘ah hal. 520

6 Fatâwa wa Maqâlat Mutanawwi’ah (5/254)

EDISI 04/THN. XIII/RAJAB 1430H/JULI 2009M


Artikel asli: https://majalahassunnah.net/mabhats/pergaulan-bebas-kehancuran-bangsa/